OPREC UKM LEPPIM UPI 2012

Salam Ilmiah! :D Dalam rangka tahun perkuliahan baru, kami dari UKM LEPPIM UPI mengadakan OPREC UKM LEPPIM UPI 2012. Formulir ini ditujukan bagi kamu-kamu yang memiliki passion di bidang penelitian, kepenulisan, dan penalaran. Bagi kamu yang ingin mendaftar, silahkan buka blogpost ini :D

Plagiarisme Ditinjau dari Aspek Hukum dan Latar Belakangnya

Salam Ilmiah! Sahabat, adakalanya dalam penelitian kita harus berhati-hati dalam mengutip suatu teori atau pernyataan yang kita dapat dari sebuah jurnal, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian dan karya ilmiah lainnya. Bila kita lupa atau lengah sedikit saja dengan tidak menuliskan asal sumber kutipan yang kita ambil dari karya ilmiah tersebut, bisa-bisa kita terjerat plagiarisme!

Pinus - Carpon Sunda

amun ahirna kaayaan Bapa terus jiga kieu, lamun ieu teh mangrupa takdir nu dibikeun ka kuring, keun weh, antep sagala kaayaan jiga kieu, angger jiga kieu, ngan kuring yakin, ieu tangkal pinus teh mangrupa takdir sejen nu didatangkeun ku pangeran keur nyalametkeun dunya hususna Bapa.

Joker's Phylosophy

Joker, adalah seorang bodoh diantara yang lain. Dia berbeda dengan yang lain. Dia bukan klub, berlian, hati, atau sekop. Dia bukan delapan atau sembilan, atau seorang raja atau jack. Dia adalah orang luar, orang aneh, orang asing. Ia ditempatkan dalam satu paket yang sama seperti kartu lainnya, tetapi ia bukan milik siapa-siapa. Oleh karena itu, dia dapat dihilangkan tanpa siapa pun merasa kehilangan.

Aforisme Sirius dan Betelgeuse

Aku tidak tahu kapan tepat pertama kalinya aku menengadahkan kepala lalu melihat sekeliling langit yang lamat-lamat menggelap, apakah itu saat aku masih menjadi anak ingusan bau kencur atau saat menjadi remaja kecil yang senang dengan hal-hal baru.

Kamis, 31 Mei 2012

The Implementation of Teaching Science in Microscopic Level for Secondary School Student (K-7) Using Representations (Case Study in the First of SMP Lab School UPI)

Abstract

It is known that science is not only learned as the product, but as the attitude, process, and application. This paper focuses on how to learn science as the process. One of the student problems in studying science as the process is that based on Piaget‟s Cognitive Developmental Theory students on secondary school (age 11-14) still stay on the transitional phase between concrete operational stage and formal operational stage. It means children on this stage are still thinking concretely at dominant while science process involves abstract and concrete evidence. One of the solutions is using multi-representations to make them understand science in microscopic level and to identify the missconception that is done by student in which science as the process lies on it. The sample taken from student of Labschool UPI (Indonesia University of Education) (n=16). Data collection used on this research are video recording of classroom session, pre-test and post-test, field notes, video capturing student‟s activity, and student‟s mini comics The research method taken is qualitative method, researcher uses study case to infer her hypothesis. The result shows that using representation helps students learning science in microscopic level and helps teacher to identify missconception done by students.

Keywords: Science education; Multi-representations; Science as process; Microscopic Level; Student; Missconception

Jumat, 25 Mei 2012

Mengabdi dan Berkarya

 Oleh : Nurul Aiyah  

Agen Perubahan, begitulah acap kali mahasiswa diberi predikat. Sebagai agen perubahan, sudah sepatutnya mahasiswa menciptakan ide-ide baru demi Indonesia yang lebih baik. Anies Baswedan dalam pidatonya pernah memaparkan bahwa esensi dari dari pemuda adalah ide, anak muda disebut muda karena dia mampu membawa ide-ide segar, keberanian baru, tekad baru, dan keputusan-keputusan baru. Jika keberanian, tekad, ide, dan keputusan merupakan barang lama, maka anak muda bukanlah predikat yang tepat untuk disandang mahasiswa karena mereka hanya pantas disebut orang tua.  
    
          Bila meminjam analogi dalam Fisika, perubahan bukanlah besaran scalar melainkan besaran vector dimana perubahan dapat dianggap sesuatu yang besar atau penting ketika perubahan tersebut dapat mempengaruhi masyarakat banyak dan memiliki arah yang jelas. Sebagai contoh, Theodor Herzl seorang jurnalis yahudi berhasil memberi pengaruh yang sangat besar bagi para yahudi saat dia menulis sebuah pamflet berjudul Deer Judenstaat (The Jewish State, 1896) yang ia tulis sebagai cara advokasinya untuk mendirikan negara yang sekarang dikenal sebagai Israel. Theodor Herzl merupakan salah satu figur yang berhasil membuat perubahan besar, dimana perubahan tersebut tidak hanya mempengaruhi banyak orang namuan juga memiliki tujuan dan arah yang jelas.     

          Perubahan yang memiliki tujuan dan dapat mempengaruhi banyak orang tentu bukanlah hal mudah karena hal tersebut memerlukan proses visualisasi dan implementasi di lapangan, namun hal tersebut dapat diproyeksikan melalui dua kata kerja, yaitu mengabdi dan berkarya.       
Sebuah ide sejatinya masih bersifat tak nyata (intangible) karena tidak dapat dapat dirasakan oleh panca indera si komunikan. Untuk membuat ide menjadi nyata (tangible), penggagas ide sudah sepatutnya menumpahkan ide-idenya dalam sebuah karya. Sebuah gagasan yang dituangkan dalam karya seperti tulisan, sudah sepatutnya akan menjadi berbekas dan abadi seperti yang dikatakan oleh sebuah idiom latin yang berbunyi, Verba Volent Scripta Manent (lisan akan lenyap, sedang tulisan akan abadi), idiom tersebut bukanlah sekedar retorika karena sebuah karya yang besar sudah sepatutnya menjadi abadi di bumi, seperti karya-karya Leonardo da Vinci, Shakespeare, Rabindranath tagore dan lain-lain. 

      Merunut pada definisinya mengabdi erat kaitannya dengan integritas, kesetiaan dan loyalitas. Pengabdian merepresentasikan arah perubahan, ketika seorang mahasiswa mengabdi untuk bangsa, maka pergerakan dan perjuangannya berkiblat pada sebuah arah yaitu kemajuan bangsa.

          Jika karya berbicara tentang ide yang kemudian menentukan besar atau kecilnya sebuah perubahan tergantung pada respon masyarakat, maka pengabdian merepresentasikan arah kemana akan berjalannya sebuah perubahan. Dengan adanya pengabdian dan karya, perubahan menjadi kian berarti bagi arah kebaikan dan kemajuan bangsa.

 © Nurulaaisyah, 2012

Apa yang Indonesia Harus Punya : Catch the Big Idea!


Oleh Nurul Aisyah
Apa yang terlintas di ingatan kita saat kita mengingat guru sains?
Menyeramkan?
Membingungkan?
Atau menakutkan?
Ternyata citra guru di mata saya berubah seratus delapan puluh derajat ketika saya terjun langsung dan mempelajari ilmu pendidikan yang didalamnya terdapat banyak hal yang benar-benar baru bagi saya.
Suatu hari dosen filsafat saya bertanya tentang hal yang simpel, “Siapa itu guru?”
sontak saya menjawab, “orang yang memberi ilmu”
Dosen hanya menjawab dengan senyum lalu menyuruh kami untuk banyak membaca agar kami bisa menemukan jawaban yang lebih tepat. Akhirnya saya dan teman saya teringat dengan percakapan Santiago di novel the alchemist karya Paulo Coelho

“What is a teacher? I’ll tell you: it isn’t someone who teaches something, but someone who inspires the student to give of her best in order to discover what she already knows.”
(Paulo Coelho- The Alchemist)
Kamipun kembali pada dosen dan menyampaikan bahwa guru adalah orang yang bisa menginspirasi muridnya untuk terus belajar. Ternyata jawaban kami tidak mengecewakan, beliau bilang, jika tugas guru adalah ‘memberi ilmu’ maka jika kita diberi waktu satu semester untuk membagi ilmu pada murid, waktu tersebut terlalu singkat karena kita memiliki banyak sekali ilmu yang harus disampaikan, jadi apa yang harus dilakukan guru adalah membuat anak-anak penasaran sehingga mereka memiliki keinginan kuat untuk terus belajar.
“Tugas guru bukan hanya mengajarkan bahan ajar, namun mengajarkan bagaimana cara belajar”
Pernyataan bahwa tugas guru adalah ”membuat orang senantiasa belajar’ terdengar lebih mulia. Apalagi saat ‘visi mulia’ itu disimulasikan oleh guru-guru kami.
Barbara Shop berhasil ‘membuat orang senantiasa belajar’ dengan cara menghidupkan inkuiri. Beliau masuk ke lab struktur tanaman lalu menuliskan sebuah pertanyaan di papan tulis, Where does the weight of the big tree come from?, (Dari mana datangnya  berat pada tanaman?) tentu saja hal itu membuat kami sangat penasaran. Kamipun ramai-ramai tunjuk tangan untuk mencoba menjawab. Ternyata saat itu beliau sedang mengajari kami cara mengajar, dan hal tersebut adalah tahap pertama saat masuk kelas: Make the learners are engaged by scientifically oriented questions.
Setelah anak-anak adam ini terpancing dengan masalah, lalu Ms. Shop menginstruksikan sebuah eksperimen sederhana tentang fotosintesis. kamipun akhirnya asyik sendiri dengan eksperimen, namun tak lama setelah itu beliau menyuruh kami untuk mengganti variabel dalam eksperimen sesuai dengan keinginan kami, (maksudnya bereksprimen dengan kehendak sendiri). ini adalah tahapan kedua agar anak-anak ‘menikah’ dengan kesibukannya (Make Learners Giver priority to evidence, which allows them to develop and evaluate explanations that address scientifically oriented question).
Apa yang kami lakukan setelah itu? (ingat, saat itu kami sedang berakting menjadi anak berusia 13-17 tahun), tentu saja kami mengolah data, kami mengolah data-data yang kami dapat dengan menggunakan diagram, tabel atau bahkan gambar. Nah, ini adalah tahapan ketiga saat kita ingin membuat anak-anak keranjingan belajar (Make Learners formulate explanation from evidence to address scientifically oriented questions).
Setelah data diperoleh, kami disibukan dengan banyak pertanyaan, “kok bisa beda hasilnya?”, “kok hasilnya gini ya?,”, “kenapa tanaman ini sulit banget buat fotosintesis?”, “kenapa daun ini sulit banget ngeluarin gelembung?”. Nah, dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu keinginan menganalisis akan hadir dengan sendirinya. Pada akhirnya anak-anak akan belajar dengan sendiri, mengeksplorasi ilmu-ilmu agar bisa memecahkan masalahnya, tentu saja atas kemauan mereka sendiri, tanpa paksaan atau bahkan tekanan. Ini adalah tahapan agar mereka bisa tergila-gila dengan membaca dan mengeksplorasi. (Make learners evaluate their explanations in light of alternative explanation, particularly those reflecting understanding)
Setelah ‘asyik’ menganalisis semua problematika, kami melakukan presentasi untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan kami. Hal yang paling saya suka dari dosen yang cantik dan enerjik itu adalah caranya mengapresiasi orang lain. Beliau memperhatikan kami dengan seksama dan antusias saat kami memberi presentasi, beliau tetap memberi perhatian penuh walaupun aksen kami masih sangat belepotan. Sesekali memberi apresiasi bahwa yang kami lakukan adalah sesuatu yang hebat. Lalu, apa yang terjadi saat kami melakukan hal yang keliru? Itu sama sekali ditolelir karena kesalahan seringkali menjadi akar dari lahirnya gagasan baru (Oia, inget asal-usul yang orang membuat Sticky Note atau Oreo, kan? Kalau saat itu mereka berhasil menciptakan kue dan perekat mungkin ciptaan fenomenal itu tidak akan lahir sampai sekarang.) , ‘belajar dari kesalahan’ begitu katanya.
Begitulah cara agar siswa berani dan percaya diri saat menuangkan ide dan gagasannya, apresiasi yang tetap mengarahkan anak-anak pada jawaban yang benar. (Make learners communicate and justify their proposed explanations).

“Apa ide besar yang kita dapat setelah kita belajar?”
Ternyata inti dari belajar itu bukan menghapal tanpa mengerti, atau mengerjakan 1000 soal tapi ketika ditanya pertanyaan yang mendasar langsung limbung. Inti dari belajar adalah ‘catch the big idea’ dapatkan konsep inti dari apa yang kita pelajari.
Menghapal tanpa memahami hanya akan membuat kita menjadi kambing, siswa hanya mengikuti apa yang ditulis dan dikatakan. Tidak hanya itu, siswa juga hanya akan memiliki kemampuan kognitif di tingkat paling rendah. Namun, jika siswa menemukan konsep? menemukan Ide besar dari apa yang mereka pelajari? ide kreatif akan bermunculan dari benak mereka. Bukan hanya itu, mereka akan menjadi ingat karena mereka memahami apa yang telah mereka pelajari.
Sedikit-sedikit saya semakin mengerti pada perkataan dosen kami juga perkataan Paulo Coelho bahwa guru memiliki arti yang sangat luas, guru adalah orang yang menginspirasi orang lain agar terus belajar. Semoga kita bisa menjadi guru yang baik, pemberi inspirasi yang baik. Semoga kita juga bisa melakukan yang terbaik agar menjadi ‘guru’ yang baik.
Catatan: Where does the weight of a big tree come from?– (Dari mana datangnya berat pada tumbuhan?)
Answer: The weight of a big tree comes from carbondioxide.– (Berat tumbuhan berasal dari gas karbon dioksida)
-© Nurulaaisyah, 2011-

redaksi gambar : http://www.pustakasekolah.com